Hmmm… sudah lama sekali Ahmad absen dari melanjutkan tulisan ini. Namun karena permintaan dari beberapa pengunjung yg ‘sabar menanti’, akhirnya Ahmad putuskan untuk ‘buka mulut’ kembali tentang pengalamannya… semoga pengalaman ini memberi inspirasi bagi pembaca yg saat ini mengalami kondisi serupa, atau memotivasi mereka yg telah berada di ‘jalan yg benar’ agar senantiasa istiqamah, mengingat betapa mahalnya hidayah itu… dan bahwasanya ia tidak diberikan kepada siapa saja.
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Alkisah, akhirnya Ahmad kembali ke tanah air lalu mulai menyiapkan dokumen2 yg diperlukan untuk keberangkatan ke Madinah. Mulai dari terjemah ijazah, akte, SKKB, tazkiyah dan juga medical check-up.
Seperti biasa, para mahasiswa yg keterima di UIM (Univ. Islam Madinah), pasti akan menghubungi yayasan Ar Rahmah yg mengkoordinasikan keberangkatan mereka.
Ahmad sebetulnya agak terlambat datang, karena dia harus mengurus dulu kepulangannya ke Indonesia dan tetek bengek lainnya; termasuk ganti paspor dari paspor TKI ke paspor baru.
Waktu itu ada 26 mahasiswa dr Indonesia yg akhirnya berangkat ke Madinah, ditambah seorang mahasiswa Indonesia lagi yg berangkat dari Pakistan. Jadi total 27 orang.
karena baru datang setelah 2 pekan KBM dimulai, fakultas syari’ah sudah penuh dan tidak ada lowongan lagi utk menerima seorang pun dari rombongan kami. Hanya akhuna yg berangkat dari pakistan saja yg akhirnya bisa masuk kulliyyah syari’ah, karena dia datang awal. adapun Ahmad beserta 7 orang temannya masuk fak. Hadits. Alhamdulillah, sebelum menentukan jurusan, para kakak kelas telah memberi gambaran singkat ttg masing-masing fakultas beserta kelebihan dan kekurangannya. Kebetulan Mandub Mahasiswa Indonesia saat itu (semacam ketua perwakilan lah) adalah mahasiswa fak Hadits. Ahmad pun teringat salah satu ceramah Syaikh Abu Ishaq Al Huweini (Syaikh Favoritnya) ketika berbicara ttg fadhilah ilmu hadits… intinya, para fuqaha sebelum bekerja menggali hukum fiqih dari suatu hadits, dia harus tanya dulu ke muhaddits: “Hadits ini shahih ga’?” kalau shahih, barulah dia kupas kandungannya… jadi, ilmu hadits adalah khaadimul ‘uluum.
Pertama kali masuk fak Hadits, Ahmad sempat salah pilih kelas. Karena ingin lari dari guru yg ‘killer’, Ahmad justru masuk ke kelasnya para raasibiin (alias para mahasiswa tuggakan).
Tapi apa lacur? sudah terlanjur masuk, ya sudah… dijalani saja.
Begitu masuk kelas, ia melihat sebagian mahasiswa tunggakan tadi ada yg tidur meletakkan kepalanya di atas meja saat syaikh sdg menjelaskan pelajaran. Adapula yg ngantuk-ngantukan dll. Mereka biasanya berada di barisan belakang. Namun Ahmad segera memilih barisan depan yg biasanya diduduki oleh mereka yg rajin dan pandai. Ada anak Maroko, Yaman, Sri Lanka, Kenya, Bangladesh, Nigeria, dll selain juga Indonesia.
Alhamdulillah… pengalaman ‘mondok’ 10 bulan di Unaizah ternyata berdampak positif. Tidak seperti teman2 dlm rombongannya, Ahmad telah terbiasa mendengarkan uraian dlm bahasa Arab dan mencatat semua yg perlu dicatat dengan cepat, sehingga ‘daftar’ (buku catatan) miliknya kerap dipinjam oleh kawan2 lainnya, termasuk yg non-Indonesia, utk disalin.
Awalnya, UIM masih menganut sistem tahunan, sehingga dlm dua tahun ada dua semester yg nilainya saling berkaitan. Dua tahun Ahmad menjalani sistem tsb, hingga akhirnya berubah mjd sistem mustawa, alias tiap smester berdiri sendiri.
Tahun pertama, nilai Ahmad cukup baik, mumtaz. demikian pula tahun-tahun berikutnya hingga ia lulus thn 2007.
Selama di UIM, banyak fasilitas yg Ahmad terima. Mulai dari mukafa’ah yg jauuuh lebih besar dibanding saat dirinya belajar non formal di Unaizah. dahulu dia hanya dapat SR 50 perbulan, dan kadang SR 100, namun makan 3 kali sehari ditanggung asrama. Uang sekecil itu pun sering kali tersisa. Namun kini, uang sakunya SR 842 per bulan. Untuk makan, mahasiswa bisa membeli kupon makan dengan harga sangat fantastis, padahal menunya 4 sehat 5 sempurna, (Ayam seperempat ekor sekali makan, plus karbohidrat, sayur, dan susu pula). untuk makan 3 kali sehari, mahasiswa hanya perlu merogoh kocek SR 300 sebulan… sangat murah bila dibandingkan sekali makan di math’am lain yg bisa mencapai 10 SR dengan menu yg sama (tiga kali lebih mahal).
Pun begitu, jiwa manusia memang tidak pernah puas mendapatkan dunia. Dahulu 100 Riyal sdh terasa banyak, namun sekarang 840 Riyal terasa kurang banyak. Allaahul musta’aan.
Di tahun pertama (2003) ada kejadian penting di Arab Saudi yg sangat berpengaruh dengan pembentukan pemikiran Ahmad kemudian hari. kejadian tsb ialah saat bulan Romadhon (yakni kira2 dua bulan setelah Ahmad mulai masuk kuliah), terjadi pengeboman komplek pemukiman Al Muhayya di Riyadh.
Belasan kaum muslimin dari berbagai negara menjadi korbannya.. belum lagi kerugian material dan goncangan hebat yg dialami masyarakat setempat akibat kejadian tragis yg mengatasnamakan ‘jihad melawan AS dan sekutunya’ tsb.
Banyak masyayikh yg mengomentari kejadian tsb dan mengecamnya. lalu menjelaskan letak kekeliruan mereka berdasarkan dalil-dalil syar’i. Pemikiran Ahmad pun mulai terbuka sedikit demi sedikit…
Pasca pengeboman zhalim tsb, Usamah bin Laden mengeluarkan statemen yg mendukung operasi tsb, dan bahkan mengatakan bahwa dialah yg menyerukan penyerangan thd berbagai kepentingan AS di Saudi, dan para eksekutor tsb-lah yg memenuhi seruannya.
Awalnya, Ahmad tak terlalu mengacuhkan sikap sentimen para masyayikh tsb thd Bin Laden dan Al Qa’idah-nya, karena dalam hati kecilnya Ahmad masih mengidolakan Bin Laden, dan menganggap bhw para masyayikh td tidak berani menyuarakan kebenaran karena takut dgn pemerintah Saudi, atau berpihak kepada kemaslahatan Saudi demi mencari muka penguasa, dan anggapan-anggapan serupa….
Kemudian saat liburan musim panas, ia pulang ke Solo dan oleh salah seorang temannya, ia diberi sebuah video rekaman yg dirilis oleh para pelaku pengeboman Al Muhayya tsb. video itu memang sangat mengesankan, dan membangkitkan simpatisme kpd mereka… bahkan air matapun sempat bercucuran di detik2 terakhir sblm para ‘martyr’ itu menerobos gerbang komplek dan menabrakkan mobil yg telah dipenuhi bahan peledak dan dicat persis dengan mobil patroli polisi Saudi itu. Bahkan mereka pun agaknya juga berseragam polisi.
Hmmm…. benar-benar cara yg brillian dalam mengelabui lawan. Anehnya lagi, salah seorang eksekutor operasi tsb adalah orang yg barusaja dibebaskan oleh pemerintah Saudi dari Guantanamo. namun bukannya berterimakasih, dia justru membalas kebaikan penguasa dgn cara spt itu.
Eksekutor lainnya bahkan mengatakan bahwa negara ini (maksudnya Saudi) tidak ada hubungannya dengan Islam sama sekali…. bla… bla… bla…
Mereka lantas menyenandungkan nasyid Zuffuusy Syahiid sambil menari ringan (dan ini adalah bid’ah lain, dari segudang bid’ah mereka…).
Salah satu pengalaman monumental Ahmad ialah saat berada di tahun kedua. Saat itu, ada pelajaran ttg Shahih Muslim, dan kebetulan Syaikh yg mengajarkan cukup mumpuni. Ia juga memiliki cara yg menarik ketika berdiskusi dgn para mahasiswa. Hingga tatkala pembahasan menginjak masalah yang sangat penting, yaitu Kitaab al-Imaarah (kepemimpinan); mulai-lah pikiran Ahmad terbuka makin lebar…
bersambung…